Minggu, 14 April 2013

BUKU DASAR KOMUNIKASI "SISTEM KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI PETANI"



                                                                           
A.    PENDAHULUAN

Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994).
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003). Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau elemen komunikasi. Untuk itu, kita perlu mengetahui unsur-unsur komunikasi sebagai berikut :
a)      Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi juga bisa dalam bentuk kelompok misalnya, partai, organisasi, atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source atau sender.


b)      Pesan
     Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content, atau information.

c)      Media
      Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang  menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindera dianggap sebagai media komunikasi. Selain indera manusia, ada juga saluran komunikasi seperti surat, telepon, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi.
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, brosur, stiker, buletin, poster, spanduk dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain : radio, film, televisi, video recording, audio cassette dan sebagainya.

d)     Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima adalah elemen penting dalam komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau media.

e)      Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tinglah laku seseorang.
f)       Tanggapan Balik
      Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai kepada tujuan. Hal-hal seperti itu yang menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.Timbal balik inilah yang nantinya akan menjadikan para petani ikut berpartisipasi dalam komunikasi pertanian.
      Dari itu semua maka kita akan membahas mengenai “Sistem Komunikasi dan Partisipasi Petani”.Sistem komunikasi itu sendiri adalah sekumpulan unsure-unsur atau orang yang mempunyai pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan mengelolah,menyimpan,mengeluarkan ide,gagasan,symbol,dan lambing yang menjadikan pesan dalammembuat keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.
      Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta tau keterlibatan yang berkitan dengan keadaaan lahiriahnya (Sastropoetro;1995).
Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill (PTO PNPM PPK, 2007




B.PEMBAHASAN

2.1 Perlu Komunikasi Partisipatif Petani dalam Pembangunan Pertanian
Kedepan perlu adanya strategi pendekatan komunikasi yang horizontal, konvergen, transaksional dan partisipatif dalam pertanian sehingga bisa mempercepat alih teknologi dan adopsi inovasi program serta akan menggerakkan partisipasi petani dalam program-program pembangunan pertanian.  Demikian hasil kajian Wawan Tolinggi, Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo, Makasar yang disampaikan saat Diskusi dan Peluncuran Buku Pertanian dan Pangan, Tinjauan Kebijakan, Produksi dan Riset yang diselenggarakan Yayasan Omar Taraki di Seafast IPB Darmaga, Bogor, Jawa Barat (18/2). 
Model pembangunan pertanian yang dinilai layak dikembangkan tersebut adalah model komunikasi interaktif yang menghasilkan keseimbangan dalam perspektif teori pertukaran (exchange theory) melalui jalur kelembagaan yang mapan didukung oleh bentuk-bentuk komunikasi yang efektif baik vertikal maupun horizontal dalam sistem sosial pertanian.
“Dalam model ini harus melibatkan tokoh-tokoh lokal untuk mempercepat program, tidak hanya badan penelitian dan Dinas Pertanian. Melibatkan mereka dalam proses pengambilan putusan, pelaksanaan sampai evaluasi,” kata Tolinggi.
Menurut hasil kajiannnya dalam buku ini, Tolinggi mengatakan bahwa pendekatan komunikasi konvergen lebih memungkinkan terjalinnya integrasi antara kepentingan nasional dengan kepentingan petani dan potensi lingkungan setempat. Pendekatan tersebut lebih menempatkan petani secara layak, keberadaan petani dengan aspek kepentingan dan kemampuannya lebih setara sehingga akan mendorong tingginya partisipasi petani dalam program-program pembangunan.
Model komunikasi yang konvergen dan interaktif dalam program-program pembangunan seharusnya mengedepankan pendidikan untuk penyadaran. Hasil kajian Tolinggi juga menyebutkan, pembangunan pertanian berkelanjutan memerlukan suatu model yang efektif dengan jaringan komunikasi yang melembaga dalam kehidupan masyarakat, serta pengembangan perilaku petani yang efektif.
Kegagalan pendekatan dan strategi komunikasi pembangunan dalam program pertanian pada umumnya terletak pada tingkat implementasi dimana model pendekatan dari komunikator (sumber informasi) yang keliru sehingga mengakibatkan kurangnya partisipasi petani dalam program tersebut, teknologi yang dikembangkan seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna dan pendekatan komunikasi teknologi pertanian belum mempertimbangkan aspek lokalitas untuk meningkatkan keefektifan, efisiensi dan kecepatan prosesnya dari alih teknologi serta ketidaktepatan dalam mengemas pesan dan pemilihan saluran merupakan salah satu penyebab kegagalan penerapan teknologi oleh petani.
Menurut Tolinggi, program pembangunan pertanian di Indonesia sejak tahun 1970-an tidak terlepas dari konstruksi model pembangunan yang bertumpu pada teori modernisasi dan westernisasi. Model ini telah banyak menuai kritikan dari para pemerhati pembangunan pertanian. Kementerian Pertanian (dulunya Deptan), menggunkan berbagai konsep dan pendekatan dalam program pembangunan pertanian dan perdesaan.
Pendekatan yang digunakan umumnya terkait dengan paradigma pembangunan global yang sedang popular. Pendekatan pembangunan pertanian yang mengacu pada konsep modernisasi bertumpu pada model komunikasi linear yaitu komunikasi yang cenderung satu arah, dari atas ke bawah (top down). Pendekatan pembangunan seperti ini lebih mengutamakan kepentingan atas (nasional) dan kurang mengembangkan perilaku masyarakat berdasarkan kesadaran masyarakat  (petani) itu sendiri. (ANP)
2.2 Metode Komunikasi Pertanian
Pengembangan pertanian masa yang akan datang tidak terlepas dari pengembangan sumber daya manusianya dalam hal ini para petani kita.Telah sama kita pahami bahwa para petanj kita berbeda-beda tingkat penguasaan sumber dayanya yang tentu saja membutuhkan teknik komunikasi pertanian yang mampu member pemahaman yang dapat dimengerti oleh petani tersebut.
Komunikasi pertanian menjadi sebuah kebutuhan dalam tugas seorang penyuluh pertanian atau siapapun yang mempunyai kemampuan dan kemauan untuk memajukan pertanian.sehingga semakin jelas bahwa peranan komunikasi pertanian ini menjadi sangat penting dalam memajukan kesejahteraan para petani  beserta keluarga tani.
Teknik komunikasi pertanian
Penyampaian komunikasi pertanian akan semakin efektif bila kita memahami bagaimana sebenarnya konsep komunikasi pertanian yang baik dan tepat sehingga mampu tapat sasaran.Dalam penyuluh pertanian biasanya kita mengenal beberapa metode pendekatan ke petani yaitu:
a.Metode pendekatan kelompok
Metode pendekatan kelompok biasanya dilakukan di tingkat desa dimana dilakukan pengelompokan petani berdasarkan lokasi tempat tinggalnya atau dapat juga berdasarkan hamparannya bila ia petani sawah.Kelebihan metode ini adalah penyampaian informasi dapat difokuskan pada sasaran dan dapat memilih topic sesuai dengan yang diinginkan sehingga komunikasi pertanian menjadi lebih optimal.Adapun kekurangan dari metode ini adalah informasi yang disampaikan menjadi tidak efektif bila usaha tani yang dilakukan dalam kelompok tani itu beragam.Atau juga dapat bila manajemen kelompok tani itu kurang baik
b.Metode pendekatan massa
Metode pendekatan semacam ini biasanya dilakukan secara massa,artinya penyampaian informasi dilakuakan secara terbuka kepada khalayak ramai tentang masalah yang sedang menjadi pembicaraan umum yang dilakuakan baik melaui media cetak,media massa televise,pemutaran film,radio,dan sebagainya.Pendekatan seperti ini mempuanyai kelebihan yaitu mampu menjangkau secara luas masyarakat sehingga informasi lebih cepat disampaikan.Akan tetapi metode ini uga mempunyai kekurangan yaitu informasi tidak tepat sasaran yang dikehendaki jadi hasilnya kurang maksimal.
c.Metode pendekatan individu
komunikasi pertanian juga dapat dilakukan menggunakan metode ini.Informasi yang hendak disampaikan lebih tepat sasaran dan lebih terasa.Hanya kekurangannya sasaran informasi terbatas.

2.3 Proses Partisipasi
Partisipasi dapat diartikan sebagai tingkat keterlibatan anggota sistem sosial dalam pengambilan keputusan. Namun, bila dicermati dengan baik, maka pengertian tidak hanya terbatas pada keterlibatan dalam mengambil keputusan, tetapi meliputi pengertian yang lebih luas, meliputi proses perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan,evaluasi dan menikmati hasil pembangunan.
Dalam banyak kenyataan, banyak program pembangunan yang gagal walaupun telah didahului dengan analisis untuk mengembangkan peran serta aktif masyarakat, tetapi tidak dikomunikasikan secara  efektif dan efisien kepada masyarakat. Oleh karena itu,dalam mengembangkan program pembangunan yang perlu diutamakan adalah terciptanya peran serta aktif (partisipasi) positif dari masyarakat dalam pembangunan lewat dilakukannya komunikasi yang baik. 
Pada umumnya, analisis proses partisipasi atau peran aktif masyarakat dalam pembangunan meliputi empat tahap, yaitu:
(a)                Tahap penumbuhan ide untuk membangun dan perencanaan.
Dalam tahap ini harus dilihat, apakah pelaksanaan program pembangunan tersebut didasarkan atas ide atau gagasan yang tumbuh dari kesadaran masyarakat sendiri atau diturunkan atas. Jika ide atau gagasan untuk membangun datang dari masyarakat sendiri karena didorong oleh tuntutan situasi dan kondisi yang menghimpit mereka, maka peran serta aktif masyarakat pasti akan lebih baik. Sebaliknya, ide atau gagasan diturunkan dari atas tanpa melibatkan masyarakat, maka bisa dipastikan program pembangunan gagal karena tidak ada peran serta aktif masyarakat. Dengan perkataan lain, jika  masyarakat ikut terlibat dalam proses perencanaan untuk membangun daerahnya, makan dapat dipastikan bahwa seluruh anggota masyarakat merasa dihargai sebagai manusia yang memiliki potensi atau kemampuan sehingga mereka lebih mudah berperan serta aktif atau berpastisipasi dalam melaksanakan, melestarikan program pembangunan tersebut.

(b)               Tahap pengambilan keputusan
Landasan filosofi dalam tahap ini adalah setiap orang akan merasa dihargai jika mereka diajak untuk berkompromi, memberikan pemikiran-pemikiran dalam membuat suatu keputusan untuk membangun diri, keluarga, daerah, bangsa dan negaranya. Keikutsertaan anggota atau seseorang di dalam pengambilan suatu keputusan secara psikososial telah memaksa anggota masyarakat yang bersan gkutan untuk turut bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengamankan setiap paket program yang dikomunikasikan , karena mereka merasa memiliki serta bertanggung jawab secara penuh atas keberh asilan program yang dilaksanakan. Dengan demikian, dalam diri masyarakat, akan tumbuh rasa tanggung jawab secara sadar, kemudian berprakarsa untuk berpartisipasi secara positif terhadap setiap paket pembangunan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan diri dan keluarga semua masyarakat.
(c)                Tahap pelaksanaan dan evaluasi
Landasan filosofi dalam tahap ini adalah prinsip learning by doing dala metode belajar orang dewasa. Tujuan melibatkan masyar akat dalam tahap pelaksanaan adalah : (1) agar masyarakat dapat mengetahui secara baik tentang  cara-cara melaksanakan  program sehingga  nantinya mereka dapat secara mandiri mampu melanjutkan, meningkatkan, dan melestarikan program pembangunan yang dilaksanakan, dan (2) untuk menghila gkan kebergantungan masyarakat terhadap pihak luar dalam hal ini komunikator atau penyuluh  yang selama ini selalu terjadi dan akan menjamin bahwa program pembangunan itu sendiri tidak akan lenyap serta merta setelah kepergian para  etugas dari desa atau wilayah yang bersangkutan. Sedangkan, dalam hal mengevaluasi, masyarakat diarahkan untuk mampu menilai sendiri, dengan mengungkapkan tentang apa  yang mereka tahu dan lihat. Masyarakat diberikan kebebasan untuk menilai sesuai dengan  apa yang  ada dalam benak mereka.
(d)               Tahap pembagian  ekonomis
Di dalam pelaksanaannya harus diakui bahwa tidak mudah untuk menerapkan keempat tahapan di atas, karena keterbatasan pengetahuan serta keterampilan masyarakat dalam hal perencanaan, pengambilan keputusan, evaluasi serta menghitung kemanfaatan secara ekonomis. Akan tetapi dengan pendek atan analisis partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan komunikasi program pembangunan pertanian kepada masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan, sebaiknya diwujudkan bottom up planning yang seimbang dengan  top down planning yang selama ini diterapkan.

2.4. Pola Peran Serta Aktif Masyarakat Pedesaan
Dalam perkembangannya, partisipasi terbagi ke dalam dua pola, yaitu: pola partisipasi secara individu dan pola partisipasi secara kelompok. Seorang yang inovatif dan aktif dalam setiap kegiatan pembangunan akan sangat membantu dirinya beserta keluarganya untuk meningkatkan taraf hidup secara ekonomis maupun spiritual. Namun sebagai makluk sosial (dapat hidup jika ada orang lain), maka pola individu harus dikembangkan  kepada anggota lain sehingga tercipta pola partisipasi secara kelompok atau secara menyeluruh.
 Perkembangan kehidupan masyarakat saat ini yang telah berada dalam era globalisasi, demokrasi dan keterbukaan, membuka peluang sangat besar untuk saling bersaing dalam berpartisipasi untuk melaksanakan pemb angunan. Bagi para petani yang memiliki berbagai keterbatasan ak an selalu terjepit di antara kaum elite di desa. Hal ini sangat tidak menguntungkan bagi peningkatan produksi usahatani serta kesejahteraan para  petani dan keluarganya. Pada kenyataannya, petani yang memiliki modal besar akan memiliki peluang yang lebih leluasa dibandingkan dengan petani kecil dalam melaksanakan pembangunan. 
Walaupun demikian, partisipasi secara individu dalam memajukan dirinya tidak dilarang karena dari mereka diharapkan dap at mengimbas kepada p etani yang lain (sesuai dengan hubungan patronklien, atau budaya  anut masyarakat Indonesia).  Hubungan patronklien yang harmonis akan dapat mengekang berkembangnya kontradiksi masalah antara yang dihadapi oleh kaum priyayi (orang-orang yang berkecukupan) dengan  yang dihadapi oleh kaum proletariat (kaum miskin  yang jumlahnya sangat banyak).
Berbagai pendekatan program pembangunan dewasa ini lebih banyak menggunakan pendekatan kelompok.Oleh karena itu,pola partisiapsi juga harus dilihat secara berkelompok.Suatu kelompok memiliki unsure-unsur kelompok yang bekerja dalam satu system.Interaksi setiap unsur dalam satu system menimbulkan suatu dinamika,yaitu kekuatan-kekuatan dalam kelompok.Dinamika kelompok akan membentuk karakteristik bersikap dan bertinadak,sehingga mewujudkan suatu kemampuan anggota secara berkelompok untuk berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan pembangunan pertanian. Pada umumnya, partisipasi petani dalam kelompok dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

(a) Manfaat rencana kerja kelompok;
(b) Pengakuan kelompok terhad ap karya anggota;
(c) Kebenaran norma yang dijadikan alat ukur;
(d)Kemampuan kelompok inti dan kelompok khusus untuk menyelesaikan masalah;
(e)  Manfaat informasi yang diterima;
(f) Kepemimpinan kelompok inti;
(g) Kejujuran kelompok inti;
(h) Pengakuan dan dukungan sesama anggota;
(i)  Keuntungan ekonomis yang didapat; dan
(j)  Kelancaran pelayanan sarana .
Dalam mengembangkan partisipasi anggota biasa digunakan pendek atan ‘Participatry Action Model’ (PAM). Landasan filosofi dari PAM adalah ceritera  kepada orang dewasa memprovokasi mereka melakukan reaksi (telling a dults provokes reaction), tunjukan kepada mereka membangkitkan imaginasi (showing them triggers the imagination), ikut sertakan mereka memberi mereka pemahaman (involving them gives them understanding), berdayakan mereka membuat mereka bertekad dan beraksi (empowering them leads to commitment and action). Model ini dikembangkan oleh Prof.  S. Chamala berdasarkan beberapa pertimbangan berikut:
(a) tujuan pembangunan adalah meningkatkan kemampuan aggota masyarak at lokal khususnya dan masyarakat umum;
(b) masyarakat memiliki hak dan tanggung jawab di dalam pembangunan untuk menentukan masa depan mereka sendiri, tetapi mereka tidak men getahui mekanisme dalam menyalurkan kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam pembangunan di era demokrasi dewasa ini;
(c) masyarak at dapat menciptakan struktur untuk membangun kelompok maupun perorangan yang memungkinkan mereka dapat berperan aktif dalam berbagai tindakan terutama konservasi lahan dan air;  dan
(d) PAM dibutuhkan, karena:
(i) pembangunan pedesaan sekarang ini semakin kompleks,
 (ii) pemerintah memiliki
keterbatasan dalam sumberdaya, dan
(iii) dibutuhkan sistem keahlian yang didasarkan
pada pengetahuan dari masyarakat bawah (grass roots). (Levis dan Henuk,2005)



DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2012.Komunikasi dan Komunikasi Masa. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22000/Chapter%20II.pdf diakses pada 28 Maret 2012
Hardjana.2003.Proses Komunikasi.Tlogoanyar.Solo

Komarudin.1994.Dasar Komunikasi.Kanisius.
Jakarta

Levis, L.R. dan Y.L. Henuk, 2005. Komunikasi Pertanian. LembagaPenelitian Universitas Nusa Cendana, Kupang.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar