A. PENDAHULUAN
Komunikasi
adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada
orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul
apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin,
1994).
Komunikasi
dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh
pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima
pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003). Unsur-unsur ini
juga bisa disebut komponen atau elemen komunikasi. Untuk itu, kita perlu
mengetahui unsur-unsur komunikasi sebagai berikut :
a)
Sumber
Semua
peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim
informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang,
tetapi juga bisa dalam bentuk kelompok misalnya, partai, organisasi, atau
lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut source atau sender.
b) Pesan
Pesan yang dimaksud
dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada
penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media
komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat,
atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message,
content, atau information.
c) Media
Media yang
dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber
kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada
yang menilai
bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi
pancaindera dianggap sebagai media komunikasi. Selain indera manusia, ada juga
saluran komunikasi seperti surat, telepon, telegram yang digolongkan sebagai
media komunikasi antarpribadi.
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat
menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap
orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa
dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media
cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, brosur, stiker, buletin,
poster, spanduk dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain : radio,
film, televisi, video recording, audio cassette dan sebagainya.
d) Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim
oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam
bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima adalah elemen penting dalam
komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu
pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah
yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau media.
e) Pengaruh
Pengaruh
atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan
oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi
pada pengetahuan, sikap dan tinglah laku seseorang.
f)
Tanggapan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah
satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi
sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan
media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat
yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai kepada tujuan. Hal-hal
seperti itu yang menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.Timbal balik
inilah yang nantinya akan menjadikan para petani ikut berpartisipasi dalam
komunikasi pertanian.
Dari itu semua maka kita akan membahas mengenai “Sistem
Komunikasi dan Partisipasi Petani”.Sistem komunikasi itu sendiri adalah
sekumpulan unsure-unsur atau orang yang mempunyai pedoman dan media yang
melakukan suatu kegiatan mengelolah,menyimpan,mengeluarkan ide,gagasan,symbol,dan
lambing yang menjadikan pesan dalammembuat keputusan untuk mencapai suatu
kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu
menjadi sumber informasi.
Partisipasi adalah
keikutsertaan, peranserta tau keterlibatan yang berkitan dengan keadaaan
lahiriahnya (Sastropoetro;1995).
Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill (PTO PNPM PPK, 2007
Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill (PTO PNPM PPK, 2007
B.PEMBAHASAN
2.1 Perlu
Komunikasi Partisipatif Petani dalam Pembangunan Pertanian
Kedepan perlu
adanya strategi pendekatan komunikasi yang horizontal, konvergen, transaksional
dan partisipatif dalam pertanian sehingga bisa mempercepat alih teknologi dan
adopsi inovasi program serta akan menggerakkan partisipasi petani dalam
program-program pembangunan pertanian. Demikian hasil kajian Wawan
Tolinggi, Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Negeri Gorontalo, Makasar yang disampaikan saat Diskusi dan
Peluncuran Buku Pertanian dan Pangan, Tinjauan Kebijakan, Produksi dan Riset
yang diselenggarakan Yayasan Omar Taraki di Seafast IPB Darmaga, Bogor, Jawa
Barat (18/2).
Model
pembangunan pertanian yang dinilai layak dikembangkan tersebut adalah model
komunikasi interaktif yang menghasilkan keseimbangan dalam perspektif teori
pertukaran (exchange theory) melalui jalur kelembagaan yang mapan
didukung oleh bentuk-bentuk komunikasi yang efektif baik vertikal maupun
horizontal dalam sistem sosial pertanian.
“Dalam model
ini harus melibatkan tokoh-tokoh lokal untuk mempercepat program, tidak hanya
badan penelitian dan Dinas Pertanian. Melibatkan mereka dalam proses
pengambilan putusan, pelaksanaan sampai evaluasi,” kata Tolinggi.
Menurut hasil
kajiannnya dalam buku ini, Tolinggi mengatakan bahwa pendekatan komunikasi
konvergen lebih memungkinkan terjalinnya integrasi antara kepentingan nasional
dengan kepentingan petani dan potensi lingkungan setempat. Pendekatan tersebut
lebih menempatkan petani secara layak, keberadaan petani dengan aspek
kepentingan dan kemampuannya lebih setara sehingga akan mendorong tingginya
partisipasi petani dalam program-program pembangunan.
Model
komunikasi yang konvergen dan interaktif dalam program-program pembangunan
seharusnya mengedepankan pendidikan untuk penyadaran. Hasil kajian Tolinggi
juga menyebutkan, pembangunan pertanian berkelanjutan memerlukan suatu model
yang efektif dengan jaringan komunikasi yang melembaga dalam kehidupan
masyarakat, serta pengembangan perilaku petani yang efektif.
Kegagalan
pendekatan dan strategi komunikasi pembangunan dalam program pertanian pada
umumnya terletak pada tingkat implementasi dimana model pendekatan dari
komunikator (sumber informasi) yang keliru sehingga mengakibatkan kurangnya
partisipasi petani dalam program tersebut, teknologi yang dikembangkan
seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna dan pendekatan
komunikasi teknologi pertanian belum mempertimbangkan aspek lokalitas untuk
meningkatkan keefektifan, efisiensi dan kecepatan prosesnya dari alih teknologi
serta ketidaktepatan dalam mengemas pesan dan pemilihan saluran merupakan salah
satu penyebab kegagalan penerapan teknologi oleh petani.
Menurut
Tolinggi, program pembangunan pertanian di Indonesia sejak tahun 1970-an tidak
terlepas dari konstruksi model pembangunan yang bertumpu pada teori modernisasi
dan westernisasi. Model ini telah banyak menuai kritikan dari para pemerhati
pembangunan pertanian. Kementerian Pertanian (dulunya Deptan), menggunkan
berbagai konsep dan pendekatan dalam program pembangunan pertanian dan
perdesaan.
Pendekatan
yang digunakan umumnya terkait dengan paradigma pembangunan global yang sedang
popular. Pendekatan pembangunan pertanian yang mengacu pada konsep modernisasi
bertumpu pada model komunikasi linear yaitu komunikasi yang cenderung satu
arah, dari atas ke bawah (top down). Pendekatan pembangunan seperti ini
lebih mengutamakan kepentingan atas (nasional) dan kurang mengembangkan
perilaku masyarakat berdasarkan kesadaran masyarakat (petani) itu
sendiri. (ANP)
2.2 Metode Komunikasi Pertanian
Pengembangan
pertanian masa yang akan datang tidak terlepas dari pengembangan sumber daya
manusianya dalam hal ini para petani kita.Telah sama kita pahami bahwa para
petanj kita berbeda-beda tingkat penguasaan sumber dayanya yang tentu saja
membutuhkan teknik komunikasi pertanian yang mampu member pemahaman yang dapat
dimengerti oleh petani tersebut.
Komunikasi pertanian menjadi
sebuah kebutuhan dalam tugas seorang penyuluh pertanian atau siapapun yang
mempunyai kemampuan dan kemauan untuk memajukan pertanian.sehingga semakin
jelas bahwa peranan komunikasi pertanian ini menjadi sangat penting dalam
memajukan kesejahteraan para petani
beserta keluarga tani.
Teknik komunikasi pertanian
Penyampaian
komunikasi pertanian akan semakin efektif bila kita memahami bagaimana
sebenarnya konsep komunikasi pertanian yang baik dan tepat sehingga mampu tapat
sasaran.Dalam penyuluh pertanian biasanya kita mengenal beberapa metode
pendekatan ke petani yaitu:
a.Metode pendekatan kelompok
Metode
pendekatan kelompok biasanya dilakukan di tingkat desa dimana dilakukan
pengelompokan petani berdasarkan lokasi tempat tinggalnya atau dapat juga
berdasarkan hamparannya bila ia petani sawah.Kelebihan metode ini adalah penyampaian
informasi dapat difokuskan pada sasaran dan dapat memilih topic sesuai dengan
yang diinginkan sehingga komunikasi pertanian menjadi lebih optimal.Adapun
kekurangan dari metode ini adalah informasi yang disampaikan menjadi tidak
efektif bila usaha tani yang dilakukan dalam kelompok tani itu beragam.Atau
juga dapat bila manajemen kelompok tani itu kurang baik
b.Metode pendekatan massa
Metode
pendekatan semacam ini biasanya dilakukan secara massa,artinya penyampaian
informasi dilakuakan secara terbuka kepada khalayak ramai tentang masalah yang
sedang menjadi pembicaraan umum yang dilakuakan baik melaui media cetak,media
massa televise,pemutaran film,radio,dan sebagainya.Pendekatan seperti ini
mempuanyai kelebihan yaitu mampu menjangkau secara luas masyarakat sehingga
informasi lebih cepat disampaikan.Akan tetapi metode ini uga mempunyai
kekurangan yaitu informasi tidak tepat sasaran yang dikehendaki jadi hasilnya
kurang maksimal.
c.Metode pendekatan individu
komunikasi
pertanian juga dapat dilakukan menggunakan metode ini.Informasi yang hendak
disampaikan lebih tepat sasaran dan lebih terasa.Hanya kekurangannya sasaran
informasi terbatas.
2.3 Proses
Partisipasi
Partisipasi dapat
diartikan sebagai tingkat keterlibatan anggota sistem sosial dalam pengambilan
keputusan. Namun, bila dicermati dengan baik, maka pengertian tidak hanya
terbatas pada keterlibatan dalam mengambil keputusan, tetapi meliputi
pengertian yang lebih luas, meliputi proses perencanaan, pengambilan keputusan,
pelaksanaan,evaluasi dan menikmati hasil pembangunan.
Dalam banyak kenyataan,
banyak program pembangunan yang gagal walaupun telah didahului dengan analisis
untuk mengembangkan peran serta aktif masyarakat, tetapi tidak dikomunikasikan
secara efektif dan efisien kepada
masyarakat. Oleh karena itu,dalam mengembangkan program pembangunan yang perlu
diutamakan adalah terciptanya peran serta aktif (partisipasi) positif dari
masyarakat dalam pembangunan lewat dilakukannya komunikasi yang baik.
Pada umumnya, analisis
proses partisipasi atau peran aktif masyarakat dalam pembangunan meliputi empat
tahap, yaitu:
(a)
Tahap penumbuhan ide
untuk membangun dan perencanaan.
Dalam
tahap ini harus dilihat, apakah pelaksanaan program pembangunan tersebut
didasarkan atas ide atau gagasan yang tumbuh dari kesadaran masyarakat sendiri
atau diturunkan atas. Jika ide atau gagasan untuk membangun datang dari
masyarakat sendiri karena didorong oleh tuntutan situasi dan kondisi yang
menghimpit mereka, maka peran serta aktif masyarakat pasti akan lebih baik.
Sebaliknya, ide atau gagasan diturunkan dari atas tanpa melibatkan masyarakat,
maka bisa dipastikan program pembangunan gagal karena tidak ada peran serta
aktif masyarakat. Dengan perkataan lain, jika
masyarakat ikut terlibat dalam proses perencanaan untuk membangun
daerahnya, makan dapat dipastikan bahwa seluruh anggota masyarakat merasa
dihargai sebagai manusia yang memiliki potensi atau kemampuan sehingga mereka
lebih mudah berperan serta aktif atau berpastisipasi dalam melaksanakan,
melestarikan program pembangunan tersebut.
(b)
Tahap pengambilan
keputusan
Landasan filosofi dalam tahap ini adalah setiap orang akan merasa
dihargai jika mereka diajak untuk berkompromi, memberikan pemikiran-pemikiran
dalam membuat suatu keputusan untuk membangun diri, keluarga, daerah, bangsa
dan negaranya. Keikutsertaan anggota atau seseorang di dalam pengambilan suatu
keputusan secara psikososial telah memaksa anggota masyarakat yang bersan
gkutan untuk turut bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengamankan setiap
paket program yang dikomunikasikan , karena mereka merasa memiliki serta
bertanggung jawab secara penuh atas keberh asilan program yang dilaksanakan.
Dengan demikian, dalam diri masyarakat, akan tumbuh rasa tanggung jawab secara
sadar, kemudian berprakarsa untuk berpartisipasi secara positif terhadap setiap
paket pembangunan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan diri dan
keluarga semua masyarakat.
(c)
Tahap pelaksanaan dan
evaluasi
Landasan filosofi dalam tahap ini adalah prinsip learning by doing
dala metode belajar orang dewasa. Tujuan melibatkan masyar akat dalam tahap
pelaksanaan adalah : (1) agar masyarakat dapat mengetahui secara baik
tentang cara-cara melaksanakan program sehingga nantinya mereka dapat secara mandiri mampu
melanjutkan, meningkatkan, dan melestarikan program pembangunan yang
dilaksanakan, dan (2) untuk menghila gkan kebergantungan masyarakat terhadap
pihak luar dalam hal ini komunikator atau penyuluh yang selama ini selalu terjadi dan akan
menjamin bahwa program pembangunan itu sendiri tidak akan lenyap serta merta
setelah kepergian para etugas dari desa
atau wilayah yang bersangkutan. Sedangkan, dalam hal mengevaluasi, masyarakat
diarahkan untuk mampu menilai sendiri, dengan mengungkapkan tentang apa yang mereka tahu dan lihat. Masyarakat
diberikan kebebasan untuk menilai sesuai dengan
apa yang ada dalam benak mereka.
(d)
Tahap pembagian ekonomis
Di dalam pelaksanaannya
harus diakui bahwa tidak mudah untuk menerapkan keempat tahapan di atas, karena
keterbatasan pengetahuan serta keterampilan masyarakat dalam hal perencanaan,
pengambilan keputusan, evaluasi serta menghitung kemanfaatan secara ekonomis.
Akan tetapi dengan pendek atan analisis partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan
komunikasi program pembangunan pertanian kepada masyarakat, khususnya
masyarakat pedesaan, sebaiknya diwujudkan bottom up planning yang seimbang
dengan top down planning yang selama ini diterapkan.
2.4. Pola Peran Serta Aktif Masyarakat Pedesaan
Dalam perkembangannya,
partisipasi terbagi ke dalam dua pola, yaitu: pola partisipasi secara individu
dan pola partisipasi secara kelompok. Seorang yang inovatif dan aktif dalam setiap
kegiatan pembangunan akan sangat membantu dirinya beserta keluarganya untuk
meningkatkan taraf hidup secara ekonomis maupun spiritual. Namun sebagai makluk
sosial (dapat hidup jika ada orang lain), maka pola individu harus dikembangkan
kepada anggota lain sehingga tercipta
pola partisipasi secara kelompok atau secara menyeluruh.
Perkembangan kehidupan masyarakat saat ini
yang telah berada dalam era globalisasi, demokrasi dan keterbukaan, membuka
peluang sangat besar untuk saling bersaing dalam berpartisipasi untuk
melaksanakan pemb angunan. Bagi para petani yang memiliki berbagai keterbatasan
ak an selalu terjepit di antara kaum elite di desa. Hal ini sangat tidak
menguntungkan bagi peningkatan produksi usahatani serta kesejahteraan para petani dan keluarganya. Pada kenyataannya,
petani yang memiliki modal besar akan memiliki peluang yang lebih leluasa
dibandingkan dengan petani kecil dalam melaksanakan pembangunan.
Walaupun demikian,
partisipasi secara individu dalam memajukan dirinya tidak dilarang karena dari
mereka diharapkan dap at mengimbas kepada p etani yang lain (sesuai dengan
hubungan patronklien, atau budaya anut
masyarakat Indonesia). Hubungan
patronklien yang harmonis akan dapat mengekang berkembangnya kontradiksi
masalah antara yang dihadapi oleh kaum priyayi (orang-orang yang berkecukupan)
dengan yang dihadapi oleh kaum
proletariat (kaum miskin yang jumlahnya
sangat banyak).
Berbagai pendekatan program
pembangunan dewasa ini lebih banyak menggunakan pendekatan kelompok.Oleh karena
itu,pola partisiapsi juga harus dilihat secara berkelompok.Suatu kelompok
memiliki unsure-unsur kelompok yang bekerja dalam satu system.Interaksi setiap
unsur dalam satu system menimbulkan suatu dinamika,yaitu kekuatan-kekuatan
dalam kelompok.Dinamika kelompok akan membentuk karakteristik bersikap dan
bertinadak,sehingga mewujudkan suatu kemampuan anggota secara berkelompok untuk
berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan pembangunan pertanian. Pada
umumnya, partisipasi petani dalam kelompok dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut:
(a) Manfaat rencana
kerja kelompok;
(b) Pengakuan kelompok
terhad ap karya anggota;
(c) Kebenaran norma yang
dijadikan alat ukur;
(d)Kemampuan kelompok
inti dan kelompok khusus untuk menyelesaikan masalah;
(e) Manfaat informasi yang diterima;
(f) Kepemimpinan
kelompok inti;
(g) Kejujuran kelompok
inti;
(h) Pengakuan dan
dukungan sesama anggota;
(i) Keuntungan ekonomis yang didapat; dan
(j) Kelancaran pelayanan sarana .
Dalam mengembangkan partisipasi anggota biasa
digunakan pendek atan ‘Participatry Action Model’ (PAM). Landasan filosofi dari
PAM adalah ceritera kepada orang dewasa
memprovokasi mereka melakukan reaksi (telling a dults provokes reaction),
tunjukan kepada mereka membangkitkan imaginasi (showing them triggers the
imagination), ikut sertakan mereka memberi mereka pemahaman (involving them
gives them understanding), berdayakan mereka membuat mereka bertekad dan beraksi
(empowering them leads to commitment and action). Model ini dikembangkan oleh
Prof. S. Chamala berdasarkan beberapa
pertimbangan berikut:
(a) tujuan pembangunan
adalah meningkatkan kemampuan aggota masyarak at lokal khususnya dan masyarakat
umum;
(b) masyarakat memiliki
hak dan tanggung jawab di dalam pembangunan untuk menentukan masa depan mereka
sendiri, tetapi mereka tidak men getahui mekanisme dalam menyalurkan kemampuan
mereka untuk berpartisipasi dalam pembangunan di era demokrasi dewasa ini;
(c) masyarak at dapat
menciptakan struktur untuk membangun kelompok maupun perorangan yang memungkinkan
mereka dapat berperan aktif dalam berbagai tindakan terutama konservasi lahan
dan air; dan
(d) PAM dibutuhkan,
karena:
(i) pembangunan pedesaan sekarang ini semakin kompleks,
(ii) pemerintah memiliki
keterbatasan dalam
sumberdaya, dan
(iii) dibutuhkan sistem keahlian yang didasarkan
pada pengetahuan dari masyarakat bawah (grass
roots). (Levis dan Henuk,2005)
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2012.Komunikasi
dan Komunikasi Masa. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22000/Chapter%20II.pdf
diakses pada 28 Maret 2012
Hardjana.2003.Proses
Komunikasi.Tlogoanyar.Solo
Komarudin.1994.Dasar
Komunikasi.Kanisius.
Jakarta
Levis, L.R. dan Y.L.
Henuk, 2005. Komunikasi Pertanian. LembagaPenelitian Universitas Nusa Cendana,
Kupang.
Rahayu,Uki.2010.http://wahyuaskari.wordpress.com/about/perspektif-komunikasi-pertanian/
diakses pada 23 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar